Lifestyle Blogger II Corona* dan Fitrah Saya sebagai Perempuan
Maret 16, 2020
Foto : dokumen pribadi |
Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak
(QS. An-Nisa' : 19)
Libur dulu, tetap semangat belajar dari rumah |
Tadi malam di perjalanan kembali
ke Medan dari kampung, saya cukup excited menerima chat dari bidang akademik di
kampus bahwa kampus diliburkan satu minggu ke depan demi menyikapi berkembangnya wabah corona
sebagaimana diberitakan di seluruh media yang ada saat ini. Hal hal berkembang
akan ditinjau kembali setelah minggu depan.
Pagi ini, setelah anak dan suami
saya berangkat ke sekolah dan tempat tugas, sembari sarapan saya juga membaca
berita yang cukup membuat saya terkejut :
“Kepada seluruh rakyat Indonesia,
saya harap tenang, tetap produktif agar penyebaran COVID -19 ini bisa kita
hambat dan stop. Dengan kondisi ini, saatnya kita bekerja dari rumah, belajar
dari rumah, ibadah dari rumah.” Kalimat ini disampaikan Presiden Jokowi dalam
konferensi pers dengan media. Ini terkait fakta bahwa pasien positif corona
terus bertambah hingga mencapai angka 117 orang pada hari Minggu 15 Maret 2020
(m.cnnindonesia.com).
Seluruh grup WA komunitas yang
saya termasuk di dalamnya juga lumayan bergejolak. Beberapa sahabat UKM mengeluh, akibat wabah
ini ada yang kesulitan menemukan bahan baku, ada yang memutuskan stop produksi
dulu karena bahan baku mendadak naik harga bak roller coaster.
Memang benar, perkara bahan baku
sangat mempengaruhi roda perjalanan usaha di mumubutikue, bisnis yang saya
jalankan saat ini. Namun, kami tak sampai mengambil keputusan stop produksi.
Biar bagaimanapun, tim saya tetap butuh bekerja. Kalau bisnis saya stop
produksi gara gara harga bahan baku terutama gula naik drastis, kasihan tim
saya yang juga akhirnya gak bisa beli gula buat keluarga dong. Naudzubillah.
Saya memutuskan keep moving forward demi
kemaslahatan bersama. Alhamdulillah.
Tapi saya sedang tak ingin
mebahas perkembangan bisnis. Hal yang saya sebutkan diatas cuma sejumput opini
saja.
Jujur, sejak cerita wabah Corona ini mencuat ke permukaan, sama sekali saya tidak tertarik mengikutinya. Menyikapi berbagai informasi di
negara ini saya sudah masuk ke titik masa bodoh. Bahkan kemarin, saat melakukan perjalanan ke Malaysia dua minggu lalu, walaupun sudah mempersiapkan masker dari jauh-jauh hari kami tidak mempergunakannya selama disana. Saking gak pedulinya. Naudzubillahmindzalik. Bukan
bermaksud takabur. Tapi kemarin saya merasa ini hanya cara pihak tertentu
menutupi kebusukan yang telah dilakukannya. Sekali lagi saya berburuk sangka
bahwa kasus ini adalah isapan jempol yang saya gak paham kenapa bisa nongol. Saya sampai berfikir, ah, paling
paling nanti mereka nemu mainan baru, mainan lama hilang lagi dengan
sendirinya. Sempat terpikir
juga entah ini semacam modusnya hacker untuk melumpuhkan dunia. Seperti kasus beberapa
waktu kemaren, ada oknum merusak sistem sebuah rumah sakit kemudian mengembalikan sistem
seperti keadaan semula setelah mendapatkan sejumlah uang. Hmmm antahlah! Saya pikir dunia sedang bercanda lagi hahahaha…
Begitupun, saya tetap memproteksi
anak anak dengan menjaga asupannya, kebersihannya, hingga pemahaman soal
sentuhan pada anak-anak saya. Walau aslinya saya biasa aja.
Saya baru tergelitik ingin baca
dan penasaran ingin tahu ketika ada instruksi libur dari kampus. Saya baru ngeh bahwa ini hal serius dan tidak main
main.
Ketika membaca berita soal ini dengan seksama, saya justru bukan khawatir
pada pandemi* ini. Saya malah sangat takut dengan kondisi ketauhidan saya. Soal
bagaimana saya memandang Sang Khaliq dan perilaku saya pada-Nya.
Teringat hampir tiga tahun lalu,
saya memutuskan keluar dari pekerjaan sebelumnya karena ingin mengubah diri
lebih baik, ingin lebih mendekatkan diri pada Allah, mengubah cara saya
beribadah hingga akhirnya ingin mengubah kedekatan saya dengan keluarga ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya. Bukannya yang kemarin centang prenang (gak beres) tapi saya ingin lebih fokus pada apa
modal yang harus saya bawa nanti ketika hari pertanggungjawaban.
Semua pemikiran ini referensinya
jelas saya temukan pada QS. Al-Ahzab 33 yang artinya :
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah dan
janganlah kalian berdandan sebagaimana ala jahiliyah terdahulu”
Dalam HR. Tarmidzi no. 1173,
shahih juga dikatakan : “Wanita itu adalah aurat, jika dia keluar maka setan akan
memperindahnya di mata laki laki”
Ditambah lagi dengan hokum perjalanan
yang dilakukan seorang perempuan yang keluar dari rumahnya sebagaimana
tercantum dalam HR. Imam Bukhari Muslim (1087) hal 970 dan Ahmad
II/13;19;142;182 dan Abu Daud seperti ini :
“Janganlah seorang wanita safar sejauh tiga
hari (perjalanan) melainkan bersama dengan mahramnya)”
Di materi kajian Aisiyah Jum’at
kemarin guru mengaji kami sempat menyinggung bahwa mengapa kita layak meyakini
perawi hadist sahih, sebab, jangankan manusia, hewanpun tak pernah mereka
bohongi. Sebegitu jujurnya mereka dalam menyampaikan sesuatu.
Dan banyak lagi referensi bacaan
yang telah saya baca terkait kebaikan-kebaikan yang bisa didapat seorang
perempuan jika ikhlas tidak pergi keluar rumahnya. Pandangan saya soal fungsi dan peran perempuan
di dunia yang fana ini jauh berubah sekarang. Tapi, kemarin-kemarin sebelum wabah ini jadi perhatian dunia, banyak yang mencemooh aturan aturan agama Islam untuk perempuan. Sejak penderitanya semakin banyak, mendadak seluruh dunia mengungkapkan cara pencegahannya kebanyakan sebagaimana yang telah diatur oleh Allah dalam kitab suci. Sayangnya, justru manusia memilih mengikuti aturan itu, setelah dipaksa oleh wabah ini. Bukan karena Allah telah mengaturkannya. Termasuk saya (mungkin) Astaghfirullah.
Saya terlahir dari perempuan
bekerja, saya pun bekerja diluar rumah puluhan tahun lamanya. Saya tak pernah
mengatakan bahwa orang orang lain yang memutuskan bekerja di luar rumah tidak
baik, dan belum tentu juga perempuan di rumah sudah sangat sempurna, namun,
hari ini, ketika terjadi kasus ini saya seperti tersambar petir melihat ke dalam
diri saya. Mungkin Allah ingin mengingatkan saya kembali pada niat niat saya
kemarin yang mungkin belum sempurna impelementasinya. Saya jadi berfikir apakah
saya mulai jauh dari –Nya? Karena menjalin kedekatan pada yang Maha Kuasa
menurut saya tak cukup hanya dengan menjalankan sholat, berpuasa, mengelurkan
xakat dan lain lain. Tapi lebih kepada bagaimana kita benar benar meletakkan
hati kita bersamaNya, bagaimana kita sungguh sungguh bergantung padanya dalam
segala kondisi.
Saya berterima kasih pada wabah
ini. Karena, kondisi ini justru mengingatkan saya agar kembali kepada
perjuangan saya yang gak boleh berakhir, sebagai umat, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
anak, sebagai kakak, sebagai guru, sebagai menantu, sebagai ipar, dan sebagai
makhluk yang secara fitrah disebut PEREMPUAN. Betapa kita beruntung menjadi
perempuan, karena agama penuh kebaikan ini sudah sangat care dengan fasilitas yang
bisa kita dapatkan. Masalahnya, selama ini kita memilih punya pendapat berbeda
karena kebutuhan kebutuhan terhadap dunia.
Waktu libur dari institusi ini insyaallah saya pakai untuk bermuhasabah bagaimana kondisi Ketauhidan saya belakangan ini. Semoga Allah sempatkan saya memperbaiki diri lagi.
Saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah, lebih baik kita menjaga diri dan keluarga masing-masing. Sekedar mengingatkan kembali, tetap melakukan ikhtiar maksimal agar terhindar dari penyakit misalnya :
1. Bertaubat dan banyak berdoa.
2. Banyak minum air putih.
3. Jaga kebersihan tubuh dan peralatan makan karena sudah diatur dalam Islam kebersihan adalah sebahagian dari iman.
4. Rajin mencuci tangan dengan air mengalir, jika masih berkesempatan punya hand sanitizer alhamdulillah.
5. Hindari kontak fisik dengan orang lain jika tidak diperlukan dan hindari menyentuh wajah.
6. Berpakaian sewajarnya dan sesuai aturan.
7. Minum suplemen, madu atau sari kurma untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Semoga kita semua terhindar dari segala penyakit.
Amin.
Foto : Dokumen pribadi |
Catatan :
*Coronavirus (covid 19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru yang tidak teridentifikasi sebelumnya pada manusia. Menyebabkan : penyakit saluran pernafasan dengan gejala batuk, demam, seperti flu.
*Pandemi adalah : penyakit yang menyerang orang dalam jumlah banyak dan terjadi di banyak tempat. Pandemi adalah epidemi yang tersebar.
*Centang prenang : bahasa Medan yang artinya rusuh, tidak beres.
13 komentar
Kak, kk ngaji Aisyiyah juga ya Kak...? sama hari Jumat juga hehe...kampus kami belum ada maklumat suruh wfh (work from home) gitu kak. krn bertepatan mulai tgl 16 maret ini UTS serentak. Memang srg gak ambil tugas ngawas ujian krn msh punya anak kecil, jd libur seminggu manfaatin ngurusin anak2. Setuju ttg soal ketauhidan kita dalam menyikapi isu Covid 19 ini Kak. Virus Corona makhluk Allah juga kok, mari kita doakan agar dia gak mewabah di Medan ini
BalasHapusYuhu mi hahaha masih belajar la pelan pelan ya.. semoga Kita semua sehat selalu yaaa
BalasHapusGa pala pake hand sanitizer kak, tp kalo bisa buatnya ya knp tidak halahhhhh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBnener banget kaka, kejadi ini membuat kita lebih sadar bagaimana kita bisa dengan sungguh sungguh bergantung padanya dalam segala kondisi.
BalasHapusinsyaallah semangat kita yaaa
BalasHapusawalnya aku juga berpikiran sama kayak kaka, tapi qodarullah percaya gak percaya, dari iklim empat musim bisa berembus virus tu ke iklim tropis, apa gak ngeri, dengan cara penularan yang wah ini bukan buatan manusia kayak gini nih, ni Allah sedang menegur keras hambaNya huhu
BalasHapusTetep ya kak.. mengambil sisi positif.
BalasHapusLove banget pemikiran kakak ini lah.. meskipun keadaan serba gak jelas.
Suami pun santai, haha kami dua tim santai. Padahal sepekan ini pemasukan entah cemana-mana, tapi yang penting tetap berusaha..
Pekerjaanku gak memungkinkan WFH kak, jadi diambil positifnya aja. Soalnya kerjaanku bisa ngasi info2 terbaru untuk pendengar 😍
BalasHapusSuka point pertama, bertaubat dan berdoa kak. Huft jadi merinding.
BalasHapusBelajar untuk selalu jaga kesehatan dan menjaga kontak fisik dengan orang luar ya kk. Selalu berdoa agar wabah ini segera berakhir.
BalasHapusAsli kak, tamu kaki lasak cancrl semua dan ga tau lagi kapan berakhir. Saatnya WFH n social distancing hehe
BalasHapusDi beberapa story dari kawan, saya juga merasa "tertampar". Apa nunggu wabah kayak gini dulu baru paham tanggung jawab sebagai ibu?? Hix.. Semoga kita bisa menjadi ibu dan istri yang lebih baik tiap hari nya ya kak.
BalasHapus