World Hijab Day, 1 Februari 2020
Februari 01, 2020
dokumen pribadi |
Tujuh (7) tahun setelah momentum
pertamanya di tanggal 1 Februari 2013, hari ini masyarakat dunia kembali
merayakan world hijab day dengan berbagai versi. Di beberapa akun Instagram muslimah
luar negeri banyak yang melakukan social experiment hari ini untuk mendukung
gerakan berhijab. Bahkan di Zurich, tadi sempat terlihat di media sosial, beberapa muslimah berkeliling
menawarkan pemakaian jilbab pada saudara perempuan baik sesama muslimah maupun beda akidah untuk mengenakan jilbab. Setelah didandani, kemudian menanyakan bagaimana perasaan mereka ketika memakai jilbab. Rata-rata wanita non muslim luar negeri tidak merasakan hal buruk ketika memakai jilbab tersebut seharian bahkan tak ada yang menolak tawaran
ini. Sebagai tanda cinta sesama manusia mereka membagikan setangkai bunga bagi
yang rela memakai hijab sebagai bentuk dukungan pada muslimah di sana.
Sesungguhnya saya pribadi tidak
melihat ini sebagai sebuah perayaan penting. Bagi saya, jilbab lebih dari
sekedar pakaian dan penutup. Tapi ada nilai berbeda yang dibawa seorang perempuan
dalam kehidupannya ketika dia sudah mengikuti perintah agama untuk menutup auratnya
sebagai perempuan.
Sejarah World Hijab Day.
Dibalik perayaan tanggal hari berhijab se-dunia, saya tertarik dengan bagaimana gerakan ini
digagas oleh seorang Nazma Khan, yang merupakan perempuan Aktivis Sosial
imigran Bangladesh asal New York, Amerika Serikat. Nazma, sangat sering
mengalami diskriminasi akibat hijab yang dikenakannya. Akibat menjadi satu
satunya perempuan yang memakai hijab di sekolah, beliau sering diolok-olok
teman –temannya dengan sebutan batman atau
ninja. Terlebih setelah Amerika
menerima serangan 11 September, Nazma yang telah duduk di bangku perguruan tinggi
mulai dituding sebagai teroris. Hal ini tentu sangat menyakitkan. Sehingga
akhirnya dia sampai pada kesimpulan bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari
kondisi ini adalah dengan meminta saudara perempuan lain untuk mendukung hijab.
Baik muslim maupun non muslim diajak untuk mengenakan hijab selama 1 hari untuk
menumbuhkan semangat terus memperjuangakan hijab. Sebab ini bukan hanya soal penutup tapi identitas seseorang yang menyebut dirinya muslimah. Pada akhirnya Nazma berharap,
gerakan ini dapat membawa pemahaman baru soal perintah menutup aurat pada
muslimah yang juga memungkinkan untuk disebarluaskan juga pada saudara perempuan
lainnya di luar agama Islam. Hingga hari ini disinyalir setidaknya World Hijab Day dirayakan
oleh 190 negara di seluruh dunia. (m.liputan6.com)
Saya dan Hijab
Saya tidak terlahir dari keluarga
yang melek hijab sejak dini. Cenderung modern, begitulah kira kira. Hidup di
tengah tengah budaya kesenian yang kental, saya kecil hingga dewasa terbiasa
tumbuh dan berkembang bersama baju ketat, jeans robek, aneka aksesoris, dan
panggung. Bahkan ketika memasuki usia dewasa dan kuliah, masih ditambah dengan body pierching yang saat itu just for fun. Hikssss. Memasuki dunia
kerja menjadi banker, masih ditambah
dengan pakaian mini ketat dan rambut warna yang kadang lurus dicatok kadang curly. Dahulu kala, bahkan almarhum ayah
sempat melarang memakai hijab karena tak mau saya terlihat lebih tua dari gadis
seusia saya. Hahahaha..
Ini, soal pemahaman. Saya tak
pernah menyesali fakta ini. Karena, bukan mau kami sekeluarga juga menjadi
manusia yang membangkang pada Allah. Murni karena keterbatasan ilmu. Hari ini
saya bahkan menginginkan anak anak kami harus dipaksa dengan budaya agama yang
beda aura denganku ketika beranjak dewasa agar tidak salah. Walau tak hendak
menyalahkan masa lalu dan pola asuh, tapi kami berupaya mengevaluasi yang belum
benar. Menikah dengan orang yang punya nilai agama yang lebih baik dari saya, Alhamdulillah
membuat saya perlahan ingin memperbaiki diri luar dalam. Tanpa paksaan,
sehingga saya benar benar menemukan sendiri diri saya hari ini.
Saya benar-benar mengenal hijab
tepat seminggu sebelum jadwal pernikahan kami 4 Februari 2007. Saat itu,
sebagai pasangan yang tidak bertemu secara intens, tidak terlalu mengenal satu
dengan lainnya, proses pernikahan yang kurang dari tiga bulan, membuat
komunikasi kami tidak terlalu lancar. Sebagai anak seniman, saya sudah
merancang dan menjahitkan baju pengantin dengan bustier mewah tanpa furing.
Ndelalah H-7 datang permintaan dari
keluarga suami untuk menikah dengan pakaian pengantin dengan hijab. Huft!!!! Saat itu, saya harus merombak
habis baju pengantin yang sudah jadi dengan model sedikit terbuka sehingga permintaan tersebut mengakibatkan saya harus membayar dua kali lipat
upah jahitnya. Kalau dihitung cukup untuk beli 2 buah AC kapasitas 2 PK. Ah, akhirnya
ke-alay-an saya gagal total
dipertontonkan di hari pernikahan karena wajib memakai jilbab.
Selain drama kebaya nikah, masih
ada proses hoyong berjamaah bersama Fenty (adik tunggal saya) perkara mencari jilbab yang cocok
untuk baju nikah Yang telah dirombak itu. Tahun 2007, trend hijab belum seperti sekarang
praktis sangat sulit mencari jilbab waktu itu buat orang orang awam seperti akyu.
Melihat keluarga suami yang
seluruhnya memakai jilbab, sesungguhnya saya keder juga. Tapi ternyata mereka
bisa menerimaku apa adanya. Seingatku,
13 tahun lalu, saya masih muntah –muntah saat memakai jilbab.
Macam ada yang mencekik leger saya.
Timeflies..
Akhirnya Juni 2007, saya dinyatakan hamil oleh dokter setelah sebelumnya saya divonis tidak bisa punya
anak karena rahim yang sudah tidak bisa dibuahi lagi akibat mengkonsumsi obat kista
keras selama 4 tahun. Sebagai tanda bersyukur diberi kepercayaan untuk hamil, setelah banyak membaca buku buku
fiqih perempuan dan ketentuan soal hijab, saya putuskan hijrah memakai jilbab daaann…
reaksi lingkungan kerja luar biasa… Penuh bully
tiap hari hahahahah..
Dari siska yang pakai pakaian kurang bahan, menjadi siska yang memakai jilbab hehe. Saat itu niat saya cuma
satu, anak anak saya kelak harus terdidik secara Islam yang lebih baik daripada saya. Dan ini artinya harus dari segala sisi saya
mulai dengan keputusan itu, anak anak harus tahu bahwa perempuan dalam Islam
aturannya seperti apa. Agar kelak jika mereka laki-laki bisa memilih perempuan
sesuai syariat. Dan jika mereka perempuan, mereka harus tahu kewajibannya. Dan
betapa bodohnya seorang ibu yang ingin keturunan nya berbaik –baik sesuai
aqidah namun dirinya tidak melaksanakannya. Naudzubillah..
Perintah berhijab bagi muslimah.
Kenapa perempuan wajib berjilbab?
Sesungguhnya perintah menutup aurat tidak hanya untuk perempuan tapi juga
laki-laki namun batasannya berbeda. Aurat laki –laki hanya pusar hingga lutut,
sedangkan perempuan seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan menurut
pendapat sebahagian ulama.
Perintah menggunakan jilbab ini jelas dalam Alqur’an surat Al-Ahdzab ayat 59 yang isinya :
Perintah menggunakan jilbab ini jelas dalam Alqur’an surat Al-Ahdzab ayat 59 yang isinya :
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
QS.An-Nuur ayat 31 juga menjelaskan seperti ini :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ
وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ
مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ …
Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka ….”
(QS.
An-Nuur: 31)
Menurut saya sudah jelas tentang
ketentuan berjilbab ini pada muslimah tanpa bisa ditawar lagi karena memang
Allah sudah perintahkan dalam Al-Qur’an. Sebagaimana saya katakan di atas, bahwa ini bukan soal penutup atau pemanis, melainkan identitas yang membedakan manusia satu dengan Yang lainnya. Ada ataupun tidak ada Hari Hijab Se-Dunia kewajiban tetaplah kewajiban. Semoga kita semua menjadi muslimah
yang berusaha benar, bukan membenarkan yang tidak benar.
Wawlahualam!
0 komentar