Weekend Berkualitas Ala Emak Emak Rumahan Anti Daster
Januari 09, 2020Bersama Peserta Kelas Daur Ulang Kain Perca |
Hari Sabtu dan Minggu adalah
waktu yang cukup menyenangkan buat banyak orang. Di akhir Minggu seperti inilah
biasanya orang –orang pada umumnya beristirahat, atau mungkin liburan bersama
keluarga sebelum akhirnya kembali bertemu Hari Senin kembali.
Keluarga kami sendiri tidak
melulu menikmati weekend dengan tamasya atau tiduran saja. Kadang-kadang, para
juragan mengisi weekend dengan
olahraga bersama, main tenis, ngejamz, atau buka praktek pertukangan di rumah.
Benerin kursi lapuk, menyelesaikan pesanan meja handmade permintaanku, atau
ngecat angklung hahaha.
Sejauh ini suasana akhir minggu
kami selalu diupayakan bernilai manfaat. Minggu kemarin, aku berkesempatan
kembali diundang untuk menjadi narasumber pelatihan wirausaha praktek
memberdayakan sampah kain menjadi barang siap jual. Kegiatan dilakukan di Panti
Asuhan Putri Aisiyah yang beralamat di Jl. Santun Medan.
Support kegiatan TDA Peduli
Komunitas TDA dibangun atas dasar
kepedulian terhadap kondisi perekonomian bangsa. Sebagai salah satu pengurus
Komunitas TDA Medan 6.0, jauh dari lubuk hati yang terdalam aku pribadi sangat
ingin berkontribusi lebih dengan segala keterbatasanku. Seluruh kawan kawan di
komunitas ini memberikan kontribusi terbaiknya dibidang keahlian masing
–masing. Intinya, semua berupaya menebarkan
manfaat tidak hanya untuk usaha diri sendiri tapi juga untuk kemaslahatan umat
dan perbaikan di masyarakat. Tujuan ini diusung oleh setiap bidang yang menjadi
bagian komunitas tersebut. Di komunitas TDA (Tangan Di Atas) ada program yang
diberi nama TDA peduli. Saat ini TDA peduli digawangi Kak Hidayati, Senior di
komunitas pengusaha besar di Indonesia yang anggotanya mencapai ribuan orang
yang tersebar di 7 negara. TDA peduli ini mengurusi kegiatan sosial komunitas. Pernah,
untuk kegiatan TDA Peduli ini, komunitas bekerjasama dengan ACT, Opick, dan
artis lain melaksanakan pengumpulan dana untuk disumbangkan ke Palestina. Pernah juga memberikan bantuan ke Sinabung
berupa bahan pangan. Sebelum membuat program tahun 2020 ini TDA Peduli juga melakukan serangkaian panjang selama
setahun di komunitas tukang becak di
lingkungan Masjid Taqwa Polonia.
Kegiatan nya selain pengajian, keterampilan memasak, motivasi bisnis selama 1 tahun
kepada 28 orang lebih tukang becak. Diharapkan dilakukan setahun kegiatan
sosial dan berbagi secara nyata ini membuahkan hasil terutama kehidupan tukang
becak di lokasi tersebut yang secara penghasilan jauh berkurang sejak kehadiran
ojek online.
Kak Hidayati sebagai keeper bidang ini membuat program
tahunan sebagai berikut :
No
Bulan
Kegiatan
Materi
1
Desember
2019
Kelas
Motivasi
Memulai
Usaha
2
Januari
2020
Kelas
Ketrampilan
Membuat
bros dari bahan kain perca
3
Februari
2020
Kelas
Menulis
Belajar
menulis blog
4
Maret
2020
Kelas
memasak
Membuat
nugget pisang
5
April
2020
Kelas
Tausiyah
Pengenalan
diri sebagai muslimah
6
Mei
2020
LIBURAN
LEBARAN
7
Juni
2020
Kelas
Ketrampilan
Membuat
kreasi dari bahan planel
8
Juli
2020
Kelas
Memasak
Membuat
bronis kukus
9
Agustus
2020
Kelas
Ketrampilan
Membuat
kreasi dari bahan daur ulang
10
September
2020
Kelas
Memasak
Membuat
kreasi dari martabak mini manis
11
Oktober
2020
Kelas
Ketrampilan
Membuat
kreasi dari pita
12
November
2020
Kelas
Ketrampilan
Merajut
13
Desember
2020
Kelas
Coaching
Manajemen
usaha
Tahun ini, TDA Peduli
mengundangku untuk menjadi narasumber pelatihan handycraft guna memanfaatkan
kain perca bekas jahit buat anak yatim piatu di Panti Asuhan Putri Aisiyah Jl.
Santun. Sudah dua kali kami bersama Kak Hidayati mampir kesana memberikan pelatihan
membuat bross dari kain. Mungkin jika Allah meridhoi, aku juga akan membantu
Kak Hidayati menyelesaikan program ini setahun kedepan.
Apa dan Dimana Panti Asuhan Puteri Aisiyah itu?
Panti asuhan Aisiyah tempat kami
setahun ini melakukan kegiatan pengabdian terletak di jalan Santun No. 17
Sudirejo I, Medan. Panti ini milik Organisasi Aisiyah yang berada di bawah
naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Di Medan sendiri ada 5 panti asuhan milik
organisasi Muhammadiyah yang tersebar di seluruh kota Medan. Di Panti ini tak
kurang dari seratus orang anak perempuan yatim piatu dan terlantar dirawat dan
dididik mulai usia pra-Sekolah Dasar
hingga jenjang perkuliahan. Panti Asuhan Aisiyah Medan memenuhi seluruh kebutuhan anak anak
yang tinggal disini mulai dari makanan hingga sekolahnya. Panti ini sangat
terbuka dengan bantuan bantuan adri pihak eksternal. Saya pribadi bersama
keluarga yang kebetulan merupakan pengurus di salah satu ranting organisasi ini
melihat potensi yang besar jika anak-anak disini diedukasi dengan baik. TDA
Peduli juga memliki pemikiran yang sama. Niat tulus dari TDA ingin setidaknya
dengan menjalankan program pemberdayaan selama satu tahun disini dapat melahirkan
pengusaha diakhir programnya. Setiap bulan di minggu kedua kami datang membawa
ilmu berbeda beda. Setidaknya, dari sekian banyak anak yang menetap disini dan
ikut hadir di Minggu kedua setiap bulannya mereka dapat menemukan passion nya masing masing untuk
mengembangkan dirinya lebih lagi ditambah ilmu yang didapat dari sekolah.
Ngapain Aja Kegiatan Mumubutikue bersama TDA Peduli di Panti Asuhan tersebut?
Sesi tahun 2020 ini sudah kami
mulai pemanasan di bulan Desember 2019 kemarin. Di akhir tahun kemarin kami
meberikan sesi motivasi bagi anak anak panti tersebut. Di dalam sesi motivasi
wirausaha kami meminta mereka menemukan visi dan misi hidupnya di dunia ini.
Menurutku, tanpa visi dan misi tentu seseorang akan sulit menetapkan strategi
yang akan dia ambil dalam menjalani hari hari dalam kehidupannya. Setelah
mereka menemukan tujuan hidupnya, kami mulai memberikan rangkaian kegiatan
selama setahun dengan variasi bentuk dan bidang agar dapat memenuhi kebutuhan
masing masing minat dan bakat. Tentunya kami menyesuaikan dengan kapasitas diri
kami dibantu kawan kawan lain yang sudah sukses lebih dahulu. Di pertemuan
kedua kami memberikan mereka kelas membuat bross kain tingkat dasar. Kelas ini
dimulai pukul 10.00 WIB. Seperti biasa acara dibuka oleh ibu Zubaidah, kepala
Panti Asuhan. Sekitar 40 anak perempuan sudah datang untuk belajar memanfaatkan
kain perca. Rentang usianya tidak sama. Ada yang masih kelas 1 SD ada juga yang
sudah menginjak bangku SMA. Aku berusaha menyesuaikan gaya bahasa dan cara
menyampaikan materi pelatihan. Tentu cara berfikir lintas usia itu tak sama.
Tingkat antusiasme mereka juga berbeda. Ada yang semangat sekali ingin belajar,
ada yang kurang berminat namun terpaksa mengikuti karena tidak ada pilihan. Aku
berusaha memahami mereka. Gesture nya
memberikan informasi yang sangat penting. Aku memutuskan fokus pada yang serius
saja agar kelas ini tidak terpengaruh secara keseluruhan.
Fokus pada yang antusias |
Akhirnya kelas tersebut aku bagi
dalam 3 kelompok besar dengan anggota yang dicampur secara usia. Harapannya
agar mereka saling mem-backup satu
sama lain. Dibantu Yola, timku di mumubutikue, kami mulai mebagikan peralatan
dan bahan untuk membuat bross. Kak Hidayati membantu membagikan kain perca.
Mereka berebutan. Hahahaha. Ini
menambah cairnya suasana sehingga tidak terlalu kaku. Aku senang mereka bisa
menikmati kegiatan ini. Aku memang menyukai kelas yang interaktif, santai tapi
tetap fokus. Langkah demi langkah membuat bross mulai dilakukan. Sesekali aku
mendatangi masing masing kelompok untuk mengecek hasil kerja mereka. Beberapa
kali mereka bertanya tentang tehnik menjahit, tehnik melipat kelopak dan
lain-lain. Banyak bertanya itu biasa. Artinya ada proses pembelajaran dalam
bertanya itu. Mereka memang jarang berinteraksi dengan alat –alat yang kubawa
kemarin. Bahkan ada yang itu pertama
kalinya mereka memegang jarum jahit.
Kelas berjalan terus, “Kak pinjam
guntinglah..” kata si kecil. Di kelompok
lainnya mereka sibuk memilih kain yang akan dipakai untuk bros. Sekelompok lagi
malah sibuk menempel manik manik ke kain sebagaimana yang sudah diajarkan.
Harapan
terhadap kelas ini
Limbah kain cukup berbahaya bagi lingkungan. Pernah
saya baca di http://www.jktdalang.blogspot.com
bahwa karakteristik limbah kain sebagai berikut :
·
Sulit menyatu kembali dengan lingkungan alam
Limbah
garmen yang berupa sisa potongan kain akan sulit hancur meskipun sudah
bertahun-tahun lamanya tertimbun didalam tanah, terlebih lagi jika kain itu
terbuat dari bahan serat sintetis dan bukan serat alami.
·
Dapat merusak biota yang ada didalam tanah dalam
jangka waktu tertentu
Akibat
dari tidak dapat terurainya limbah garmen seiring berjalannya waktu maka hal
ini dapat membawa dampak berupa rusaknya biota tanah dimana limbah garmen itu
dibuang.
·
Apabila dibakar asapnya bisa mencemari udara
Pembakaran
limbah garmen dalam jumlah yang besar akan berdampak pada lingkungan udara
disekitarnya. Asap dan bau yang ditimbulkannya bisa mengganggu pernafasan dan
iritasi mata.
·
Bisa menjadi media berkembangnya bibit penyakit
Gumpalan-gumpalan
limbah garmen yang bercampur dengan jenis sampah lainnya merupakan media yang
baik bagi berkembangnya bibit-bibit penyakit.
·
Bisa menyumbat saluran-saluran air yang pada
akhirnya bisa menimbulkan banjir
Limbah
garmen yang menggumpal bersama tanah dan sampah plastik bisa menyumbat selokan-selokan
dan saluran air lainnya, sehingga pada akhirnya bisa menimbulkan banjir.
·
Membutuhkan lahan yang luas sebagai tempat
pembuangannya
Limbah
dari industri garmen ada dalam volume yang besar sehingga penanganannya
membutuhkan lahan yang luas pula. Hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri
jika industri garmen penghasil limbah itu berada pada daerah yang padat
penduduknya, dimana tidak tersedia lagi lahan yang cukup untuk penimbunan
limbah tersebut.
Satu – satunya solusi agar limbah sisa penjahit ini
bisa mengurangi dampak buruk bagi lingkungan adalah dengan memanfaatkannya
menjadi produk layak jual. Kenapa memilih ide daur ulang kain? Karena aku
bersama mumubutikue_craft sudah
membuktikan usaha ini bisa berkembang.
Modalnya juga murah. Aku dulu memulainya dengan modal tak lebih dari Rp.
200.000,-
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk memulai
usaha ini cukup sederhana yaitu :
1. Lem
tembak dan isinya
2. Gunting
3. Jarum
jahit dan benang jahit.
4. Kain
perca
5. Jika
sudah berkembang bisa menambahnya dengan aplikasi lain untuk mempercantik.
Akhirnya kelas ini berakhir sudah setelah beberapa
jam kami belajar bersama membuat produk. Jika ada kesempatan lain kita akan
membuka pelatihan advanced untuk aktivitas ini. Besar sekali harapanku, dari
kelas singkat yang berskala kecil di Panti Asuhan menghasilkan pengusaha atau handycrafter baru yang akan mewarnai
kancah penjualan aksesoris daur ulang di Indonesia.
Semoga kedepannya aku bisa memanfaatkan weekend dengan aktivitas lain yang jauh lebih bermanfaat lagi. Kalau Emak pembaca atau Ayah? aktivitas weekend seperti apa yang suka dikerjakan? Sharing yuk..
1 komentar
Kak Mumu ni memang cihuy lah..
BalasHapusDari narasumber sudah sampai ke luar medan.
Acaranya sudah merambah pulau jawa.
Bentar lagi ke luar negara (aamiiin)...
kalo ke Ke El kirim salam lah sama mak kos ya