Upin Upin the Movie Keris SiAmang Tunggal
Mei 16, 2019
Akhirnya memutuskan menonton, yeayyyy!!!
Sebetulnya saat anak anak heboh
minta nonton film ini aku pribadi rada
males, kenapa? Karena tak ada budaya menonton film dan televisi di rumahku
bersama orang tua sejak kecil hingga besar. Jadi aku tak paham bagaimana
menikmati tontonan. Buatku, duduk berjam jam melihat layar itu agak nyeleneh.
Maklumlah, waktu kecil aku dibiasakan gak jadi penonton, tapi pekerja. Hahaha…
Tapi demi mencoba memahami dan agar anak anak merasa kami memahami
dirinya, akhirnya diagendakanlah pergi ke bioskop untuk nonton film ini dengan catatan jadwal nontonnya
harus setelah semua ibadah selesai dilaksanakan . Jadilah kami memilih jam
tayang 21.10 wib saat seluruh kewajiban telah tertunaikan. Ibarat kata tinggal
menunggu waktunya sahur saja.
Alih alih memilih, kok ya rasanya
westing time aja jika harus nonton di bioskop yang jauh dari rumah. Ketika dicek, beberapa bioskop yang menayangkan film
ini adalah bioskop mall besar di daerah ringroad. Akhirnya aku memilih
Suzuya Marelan karena letaknya tak terlalu jauh walau tadinya sempat under estimate karena gak pernah ke mall
ini. Tapi ternyata setelah tiba disini
gak mengecewakanlah.
Walau awalnya bingung bagaimana
caranya menikmati kartun yang
tokohnya digandrungi anak anak di berbagai belahan dunia ini, namun
ternyata banyak hal dalam cerita ini yang bisa dijadikan media utk mengedukasi Syaffa Ammar soal nilai nilai diantaranya sopan santun dan adab.
Sepintas cerita
Cerita ini bermula dari keris
warisan turun temurun atok dalang yang ditemukan Upin Ipin dalam kotak di
gudang Tok Dalang. Konon keris tersebut adalah keris sakti yang berpengaruh
terhadap kelangsungan sebuah Negara bernama Inderaloka. Beberapa teman si duo
kembar ini mencoba mengambil keris tersebut dari dalam peti karena penasaran, namun
gagal. Ketika Upin Ipin mencoba mengangkatnya keris itupun bisa diambil. Nah
disitulah cerita ini dimulai. Upin Ipin dan kawan kawannya terbawa dalam
suasana dan lokasi yang berbeda jauh dari tpt mereka. Disana, petualangan mereka
dimulai dengan bertemu para perompak
dan yang lainnya. Tegang, itu rasa yang
mampir di dadaku saat itu, karena film ini benar benar menguras emosi. Agak
lumayan banyak adegan perang dan berkelahi ala film upin ipin. Dan agak banyak
makhluk makhluk asing berseliweran di film ini. Sebut saja Raja Bersiong dan Re
Ri Ang pembantunya. Kalau saja Syaffa
Ammar masih balita, mungkin aku agak repot memberikan pemahaman soal makhluk
makhluk ajaib ini. Film ini menggabungkan antara mausia manusia nyata, makhluk
ajaib dan cerita cerita rakyat yang sangat terkenal seperti bawang merah bawang
putih dan Tanggang anak durhaka. Cara meramunya cukup masuk di akal. Ada saat di mana Upin dan Ipin terpisah dan kemudian
bertemu kembali. Saat itu, Syaffa dan Ammar
menangis menyaksikan nya. Begitu pula
saat adegan bawang merah bersedih karena terpisah dengan bawang putih akibat
kesilapan di masa silam, di bagian ini justru aku pula yang menangis. Teringat
hubungan kakak adik yang bagai air dicincang tak putus.
Positifnya film ini, cukup banyak
ibroh yang bisa diambil dari keseluruhan ceritanya. Film menggambarkan
bagaimana mereka berjuang dengan penuh keberanian untuk membela tanah
airnya. Kekompakan mereka sangat kental.
Dari sisi cerita, aku mengacungkan
jempol pada pembuat cerita film ini karena sudah dengan begitu kreatifnya
menyatukan bagian demi bagian cerita
sejarah yang dibungkus sedemikian rupa menjadi cerita utuh. Selain itu aku juga
sangat memuji bagaimana mereka mengangkat cerita sederhana yang berasal dari
budaya lokal namun bisa bersaing dengan film lain yang dikemas modern bahkan
bisa booming di Negara lain. Disaat orang sangat bangga budaya asing mereka justru
muncul ke permukaan membawa budaya nenek moyang. Tetap dengan bahasa ibu.
Pesan Moral yang dapat kami sampaikan pada Syaffa Ammar terkait
kegiatan kami menonton film ini adalah :
1. Betapa
dalam kesulitan sekalipun, anak kembar plontos ini tetap berusaha menyelamatkan
saudara kembarnya.
2. Cinta
tanah air dan menghormati budaya leluhur.
3. Kreatifitas
membangun ide bisa dibangun dari hal hal sederhana.
4. Kekompakan
dan kebenaran akan selalu menang.
5. Kesombongan
akan mengalami kehancuran.
6. Pentingnya
menghormati orang yang lebih tua.
7. Survive itu tidak mudah tapi harus
diusahakan.
8. Perlu
upaya dan keberanian untuk menggapai tujuan.
9. Orang
tua akan berjuang untuk kebahagiaan anak anaknya.
Akibat iklan di bioskop kemarin,
sepertinya kami juga akan mengagendakan film lain untuk di tonton di bulan
depan karena filmnya seputar dunia anak dan memasak. Kalian sudah nonton juga kah?
0 komentar