the power of database
Mei 11, 2019sumber : google |
Semester ini saya mengampu mata
kuliah kewirausahaan di dua kampus berbeda, yang satu adalah lembaga vokasi yang cukup beken di Indonesia
ini, yang satunya adalah universitas negeri yang juga besar. Total mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan ini ada 224 orang. Untuk mata kuliah kewirausahaan, saya selalu
menetapkan project yang berbeda beda
di setiap semesternya. Menurut saya, kewirausahaan adalah soal “mengalami” gak
cukup hanya baca teori duduk di meja. Jadilah saya membangun variasi project untuk mahasiswa setiap tahunnya.
Suka atau tidak suka mahasiswa harus ikut program saya.. pan eikeh punya hak prerogative disini. Hehehe..
Untuk semester ini saya menjalin
kerjasama dengan salah satu perusahaan farmasi yang cukup besar dan punya nama
di negeri ini. Perusahaan ini punya
aneka produk yang sangat baik, dan daya jualnya cukup tinggi. Saya sendiri
adalah salah satu konsumennya. Setidaknya beberapa produk seperti susu, obat
batuk, vitamin E dan suplemen yang cukup dikenal di kalangan emak emak juga
dikonsumsi anak saya. Mereka menyukainya.
Sebelum project ini ditetapkan, saya melakukan trial penjualan pada beberapa mahasiswa yang berdasarkan penilaian
saya tidak memiliki kemampuan menjual produk yang cukup baik. Secara karakter
mereka pendiam, pemalu dan relatif tak banyak bicara. Saya pikir, tidak fair
jika saya melakukan percobaan penjualan produk pada mahasiswa yang memiliki good communication skill. Saya ingin
mengetahui sejauh mana produk ini bisa dijual. Bahkan pada pelaku penjualan
pemula tanpa kolega sekalipun harusnya produk ini bisa dijual. Alhamdulillah,
ternyata mahasiswa pemalu yang mengaku tak punya link ini mampu menjual
melebihi target yang ditetapkan dengan mudah.
“Cuma saya pajang di dp kok bu. Ternyata banyak yang nanya dan laku. Jadinya saya makin semangat.” katanya dengan jujur.
Akhirnya dari hasil percobaan ini, jadilah program ini dijalankan untuk mahasiswa di semester ini. Mereka harus menjual sejumlah produk tertentu sesuai kesepakatan dan setiap minggu akan diupdate berapa penjualannya. Saya sangat bersyukur atas respon yang positif. Tugas saya sesungguhnya memotivasi mereka untuk berbuat dan menjajal pengalaman mereka sendiri dalam dunia usaha sehingga mereka siap terjun menjadi enterpreuneur.
“Cuma saya pajang di dp kok bu. Ternyata banyak yang nanya dan laku. Jadinya saya makin semangat.” katanya dengan jujur.
Akhirnya dari hasil percobaan ini, jadilah program ini dijalankan untuk mahasiswa di semester ini. Mereka harus menjual sejumlah produk tertentu sesuai kesepakatan dan setiap minggu akan diupdate berapa penjualannya. Saya sangat bersyukur atas respon yang positif. Tugas saya sesungguhnya memotivasi mereka untuk berbuat dan menjajal pengalaman mereka sendiri dalam dunia usaha sehingga mereka siap terjun menjadi enterpreuneur.
Di dunia usaha proses menjual
adalah aktivitas yang sangat penting. Karena omset bergantung pada kemampuan
penjual untuk menciptakan closing. Dan jika ingin menciptakan banyak closing, tentu harus punya banyak target
prospek yang kemudian rajin di follow up.
Ketika saya masih menjadi tenaga sales di bank tempat saya bekerja
sekitar 12 tahun lalu, saya banyak memperoleh pembelajaran soal tehnik tehnik menjual selama 5 (lima)
tahun berada di posisi ini. Secara berkala, karyawan di lini marketing
diberikan training – training keren yang sangat berpengaruh
pada skill kami dalam menjual produk.
Betapa saya bersyukur atas pengalaman mahal ini. Sambil menularkan pengalaman
ini pada mahasiswa, saya berharap mereka juga mendapatkan pengalaman lain hasil
usahanya sendiri, melalui project
yang saya terapkan dalam 6 (bulan) proses perkuliahan. Sampai Bulan Juni,
program kewirausahaan ini sedang berjalan dan beberapa mahasiswa mengaku mulai
menikmati aktivitas “menjual” produk. Pengetahuan mereka akan produk cukup
diuji. Di akhir program ini nantinya akan diambil 3 top seller angka penjualan tertinggi untuk masing masing kampus yang
akan menerima reward sejumlah uang
tunai yang totalnya Rp. 1.500.000,- ditambah sertifikat program yang
dikeluarkan oleh perusahaan tempat kami bekerjasama. Semoga angka ini bisa
menambah semangat mereka terus belajar.
Berdasarkan pengalaman lima tahun
menjadi personal banker, ketersediaan
database sangat berpengaruh pada
proses penjualan. Dulu kami menganut paham 30;16;4;1. Dalam 30 list nama, akan menghasilkan 16 call untuk bisa di lakukan prospek, dari
jumlah call tersebut mendapatkan 4 warm customer untuk target visit dan minimal 1 akan closing. Rumus kerja ini sudah bertahun
tahun dijalankan dan saya tidak pernah underperform
selama bertugas. Alhamdulillah. Artinya, proses penjualan tetap harus
dijalankan ditambah database yang memadai. Usaha insyaallah tak mengkhianati
hasil.
Perkara database ini akhirnya
saya terapkan juga pada mumubutikue. Alhamdulillah juga berefek sangat baik
dalam proses penjualan. Tidakpun
melakukan penetrasi marketing secara jor-joran,
setidaknya kita bisa menjalin hubungan yang baik terhadap customer jika pengelolaan database ini
dilakukan dengan baik. Memiliki database yang banyak artinya juga harus rajin
bersilaturahim. Kita tidak bisa memprediksi aneka peluang yang datang hingga
kita menjemputnya melalui usaha dan doa.
Selain dari perusahaan tempat
saya bekerja dulu, almarhum ayah saya adalah mentor pertama yang mengajarkan
bagaimana mengelola database.
Di
rumah kami, ada satu buku besar yang ditulis sendiri oleh almarhum ayah, berisi
nama nama mitra, kerabat dan sahabat-sahabatnya. Bahkan tehnisi dan vendor yang
pernah bekerjasama di luar rumah pun dimasukkan dalam database. Siapapun orang
yang sudah sempat kami kenal akan masuk dalam kumpulan data ini. Lengkap
dituliskan berdasarkan abjad, tertera juga tanggal lahir pemilik nama tersebut.
Sengaja di tulis tangan katanya agar anak cucunya tau bahwa beliau mampu
menulis dengan indah. Hahaha… Buku kumpulan data orang ini juga yang
pada akhirnya sangat membantu ketika saya masih bekerja sebagai tenaga marketing. Kalau kekurangan
database untuk diprospek, saya cukup
memilih beberapa nama dibuku ajaib tersebut kemudian mulai mengkomunikasikan
apa yang hendak saya sampaikan.
Alhamdulilllah it works!
manual database |
Tapi, satu pesan saya. negara
Indonesia kita ini, khususnya Medan Sumatera Utara masih sangat kental budayanya. Ada
nilai nilai tak terucap yang harus kita jaga dalam perkara jual menjual ini.
Sebanyak apapun database yang kalian punya, tetap harus “main cantik”. Jangan
sampai, orang melihat kita balik arah dan pulang hanya gara gara kita
menawarkan produk tak mengenal waktu. Kemampuan membaca situasi dan body language orang lain juga perlu
diasah. Kapan kiranya saat yang baik
untuk bekerja, kapan waktu menahan diri.
Feeling ini bisa diperoleh learning by doing. Semakin tinggi jam terbang akan semakin lihai mempraktekannya. Sebaiknya, database dipergunakan sebagai alat silaturahim terlebih dahulu sebelum mengembangkannya menjadi penghasil pundi pundi uang. Agar tidak terkesan menjadi penjual yang kaperlek (kapan perlu dipakek) hahaha… jualan atau gak jualan, tak ada salahnya tetap memperkuat silaturahim.
Feeling ini bisa diperoleh learning by doing. Semakin tinggi jam terbang akan semakin lihai mempraktekannya. Sebaiknya, database dipergunakan sebagai alat silaturahim terlebih dahulu sebelum mengembangkannya menjadi penghasil pundi pundi uang. Agar tidak terkesan menjadi penjual yang kaperlek (kapan perlu dipakek) hahaha… jualan atau gak jualan, tak ada salahnya tetap memperkuat silaturahim.
Selamat berpandai-pandai
menyikapi database ya…..
16 komentar
Endingnya 😂 kaperlek, ish awak sontek ya manual database ayah akak 😍 silaturahim itu koentji nya MasyaAllah
BalasHapusIstilah yang diungkapkan sesungguhnya salah satu bukti tahun lahir tanpa menunjukkan aktivitas ya mba hahahhahaha.. Silahkan mba zee dengan senang hati... Insyaallah dijaga senantiasa niat itu ya mbaaa
HapusBuah jatuh gak jauh dari pohon ya kak..
BalasHapusMh.. makin kagum sama almarhum
Kalau jatuhnya kejauhan berarti di bawa kaleng hahaha
HapusProblem based learning...
BalasHapusIyekeee?
HapusGk tau kenapa, kenapa org dlu tulisannya bagus2 ya? Ortu sy pun klo dilihat catatan lamanya bagus2 semua 😂😂
BalasHapusDulu ada pelajaran menulis halus kasar di kelas 1 SD dan guru sangat concern mengajarkan kaidah menulis.. Sampai mahir.. Yang mau dipelajari jaman dahulu tidak terlalu kompleks seperti sekarang. Di generasi orang tua zaman dahulu yang saya lihat menulis adalah hal yang wajib dipelajari karena itu adalah satu satunya media menyampaikan sesuatu. Mesin ketik masih barang mahal, komputer langka bahkan belum ada. Pikiran saya gitu sih bang..
HapusDulu semasa nya kerja database ini penting banget,,,dan sekrang tetap berjalan komunikasi jalani silaturahmi,banyak silaturahmi banyak rezeki ya kan kak 😍
BalasHapusYang saya rasa sih begitu... Heeheh
HapusDetail banget ya ayah ika...kemarin buku catatan nya rapi, sekarang database manualnya pun nggk kalah rapinya...
BalasHapusIya kak karena petugas arsip negara kali beliau ya kak eh enggak ding passion kayaknya.. Heheh
BalasHapustapi tulisannya emang bagus bingitz...
BalasHapusmelingker2 itu loh...
wah... salfok sayah jadinya...
hahahaa bagai ular di pagar pak umar kak?
HapusMungkin inti dari semua ini adalah berbuat baik dulu yang utama maka rezeki akan muncuk. Maksudnya, kita berbuat baik sama orang, lalu kenalan, tukaran data kontak, dan kemudian menawarkan produk yang kita miliki. Semua data dicatat terlebih dahulu untuk dijadikan database.
BalasHapusAyah mbak keren,, database nya manual. tapi emang penting sih data customer kyk gini. jadi bisa kita jadiin "langganan" yang bisa langsung kita tawari kalo ada produk baru. sekaligus mempererat silaturahmi juga.
BalasHapus