10 Tahun Bersama Lupus- Part 3
Januari 24, 2019
Bahkan sehelai daun kering tak kan jatuh ke bumi jika tak Allah
kehendaki.
Berbaik sangkalah dengan takdir Allah.
Sudah pernah baca QS.Al-Waqi’ah
kan?
Disana jelas tertulis kekuasaan
Allah yang mungkin kadang tak terjangkau akal sehat manusia. Bagaimana benih manusia itu diciptakan? Siapa
yang mengaturnya? Benih benih tanaman, siapa yang memerintahkannya tumbuh? Kita
atau Allah? Pernah memperhatikan air yang kita minum? Siapa yang menurunkannya?
Bahkan menjadikannya asin jika Allah berkehendak.
Tak ada yang kebetulan di dunia
ini. Semua sudah diatur sesuai janji masing masing kepada pencipta-Nya. Langkah,
rezeki, maut, termasuk di dalamnya sakit, penyakit, terkondisi merawat orang
sakit, semua berjalan sesuai kehendak-Nya. Apa karena Allah tak sayang? Apa
karena Allah benci?
Sama sekali tidak. Berbaik
sangkalah. Yang jelas, ini bukan kutukan, Allah kasi karena Allah anggap mampu.
Allah kasi ya karena kita butuh walau tak ingin. Mungkin kalau cuma sehat sehat
aja, kita akan jalan di muka bumi ini dengan sombong, kurang mendekatkan diri
sama Allah, atau melakukan hal hal
mudharat lain. Ingat, Allah tak suka diduakan dan dinomor duakan. Lah dia Maha
Besar kok, malah kita mengadu pada hal hal yang kecil.. Plis deeeu.
Penyebab Fenty mengidap Lupus, dalam ukuran akal manusia.
Kami mengenal nama Dr. Gyno Tan sebetulnya
sudah lama sekali. Jauh sebelum Fenty divonis resmi menyandang gelar Odapus*. Sekitar tahun
1990-an, beliau sudah merawat salah seorang sepupu jauh kami yang menderita leukemia
bawaan lahir. Semasa kecilnya bertahun tahun tak boleh bersentuhan sinar
matahari dan akhirnya dia tumbuh tak seperti anak anak biasa. Hidupnya harus
luar biasa steril dan teratur, tak macam kami yang kerap main becek. Hahaha..
Tapi Arif, kini tumbuh menjadi laki laki ganteng dan sehat. Dari referensi
dokter di Malaysia, berbekal informasi dari neneknya Arif, kami memberanikan
diri mendatangi praktek dokter Gyno Tan di jalan Mongonsidi no. 45 Medan.
“Kalau mau datang pagi ya ka,
kalau siang dokter Gyno dah visit pasien
ke rumah sakit.” kata Nek Ocik, begitu kami memanggilnya. Nek Ocik,
neneknya Arif adalah sepupu almarhum nenekku dari pihak ibu. Beliau mantan perawat di
zamannya.
Pukul 08.00 pagi, kami sudah tiba
di praktek dokter Gyno, Bu Emmy, nama yang tertera di seragam penerima tamu di
meja registrasi menyambut kami dengan ramah. “Namanya siapa? Konsul dulu ya…
Mohon ditunggu sebentar.” Sapa beliau.
Kami duduk di ruang tunggu yang
bersih, wangi, rapih, minimalis dan dingin. Akhirnya kami dipanggil masuk ke
ruangan dokter. Kami datang membawa hasil laboratorium dari Malaysia,
menjelaskan duduk perkara, Fenty diminta naik ke tempat tidur yang ada
diruangan itu. Kemudian dokter memeriksa lidahnya, mengambil senter, ngecek kedua matanya, ngambil stetoskop, memeriksa dada dan
menekan -nekan perutnya. Selanjutnya Fenty diminta duduk, Dokter mulai ngecek
tulang belakang hingga pinggang.
“HB* nya rendah. Tapi kita harus melakukan pemeriksaan sedikit lagi di laboratorium saya. Oke?”
Tak ada pilihan lain selain jawab
iyes dok. Hahaha..
Berhadapan dengan
dokter, aku angkat bicara : “Maaf ni dok, saya penasaran, Lupus itu apa ya dok?”
Kemudian dokter menjelaskan soal
ini panjang kali lebar, termasuk kemungkinan terburuk yang akan dialami pasien
pada titik tertentu. (lengkapnya saya sudah share di part 1)
Kami ngobrol. Dokter mengeksplore tentang latar belakang
kehidupan kami, dari A sampai Z. Aku ceritakan apa adanya saja tak ada yang
ditutupi.
Hingga akhirnya aku sampai pada pertanyaan : “Penyebabnya kira kira
apa ya dok?”
Dokter bilang waktu itu : “Depresi
berlebihan. Perasaan tidak terima dengan keadaan, merasa sendirian dalam hidup,
terbuang, sebatang kara karena Fenty ini
modelnya memang memendam perasaan.”
Makjleb!!!!!! Itu pukulan
buat aku. Sebagai kakak aku merasa jahat dan tak berguna. Mungkin aku terlalu
sibuk dengan pekerjaan, keluargaku sediri dan hal hal lain sehingga dia merasa
ditinggalkan.
Kalau aku evaluasi, kejadian demi
kejadian yang kami alami saat itu memang cukup lumayan menguras tenaga. Kami
berdua merawat mama sakit kanker stadium lanjut selama 6 bulan dibantu ibu, adek mama yang
kini juga sudah tiada akibat penyakit
yang sama. Mama menjalani 24 x kemoterapi dan beberapa kali masuk ICU. Bolak
balik muntah darah, sedot paru, bolak
balik ke RS Dharmais Jakarta, akhirnya mama meninggal dunia tahun 2006 setelah
beberapa saat mengalami koma di RS. Santa Elizabeth Medan.
Setelah mama meninggal, aku menikah, Fenty
lebih banyak berkomunikasi dengan papa. Akibat stress juga, merasa sendirian,
gak ada lagi pendukung utama belakang layarnya, masuk masa pensiun, akhirnya papa menderita
kanker pankreas stadium lanjut dan meninggal dunia di tahun 2008. Persis 1
tahun 7 bulan setelah kepergian mama. Fenty gadis, saat itu harus membagi
pikirannya antara kantor dan papa. Mendampingi masa masa endoskopi, menunggui
operasi pembersihan usus dari sumbatan sumbatan daging dan rangkaian proses
lain. Sampai tak tidur tidur menunggu papa di ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan sesuai
permintaan papa terakhir saat itu, ingin dirawat di Rumah Sakit tersebut.
Aku? Sudah punya suami saat itu,kalaupun ngerih kali penderitaan hidup ini aku orangnya memang suka stel gilak*. Aku gak mau memendam perasaan. Trauma aku sama penyakit kanker ini.
Karena salah satu Professor yang merawat mama dulu pernah mengingatkan, “kalian
berdua anak perempuannya bu Aida, jangan pernah stress ya, Ibu kalian ini
banyak kali yang mau dipikirkannya
dalam hidup ini jadi gak kuat otak sama badannya. Jangan kalian ulangi ya..”
Sayangnya Fenty punya karakter
yang sama dengan Mama.. Mau makan buah pir aja dia pening*, gegara banyak anak
anak miskin gak bisa makan buah pir, akhirnya sebelum dia makan pir, kami harus
beli puluhan kg buah pir untuk disedekahkan, baru dia tenang makan buah pir.
Allahu Akbar. Ada orang seperti adekku ini… Belom lagi mikirkan anak orang
putus sekolah, gak bisa makan ayam goreng dan lain lain. Sampe diasuhnya
beberapa anak kurang mampu di salah satu SMP di Medan luar biasa ini sampe
besar. Kalo ini aku sih nyantai aja..
Cuma, kalau udah gak tidur tidur memikirkan nasib orang lain itu bikin pening yang nengok* agaknya.
Satu lagi yang paling fatal, Fenty tak terbiasa menerima
perlakuan kasar sejak kecil, jadi kalau
di luar rumah ada orang yang cakap gak
pake pikiran, menusuk perasaan,
mengandung hinaan, hujatan, yang sifatnya merendahkan, itu membuat dia nangis
berhari hari sampai demam. Kebetulan, saat itu, adalah beberapa orang dalam
hidup kami yang menekan kami seperti itu. Aku sih masa bodoh, Gak penting orang orang kekgitu. Dalam kepalaku, orang orang bengak* semacam itu gendangnya dua, kalau enggak kurang agama, ya karena busuk hati.
Kadang orang sekolah tinggi dan kaya raya malah berpotensi memperlakukan orang
demikian. Cuma Fenty gak bisa menerima dibegitukan.
Huft..
Tapi, sesungguhnya itulah
indahnya ciptaan Allah. Kita memang terlahir berbeda beda sifat, supaya
berwarna dunia ini.
Karena penasaran aku nanya : “Bisa
sembuh dok? “
Dokter bilang gini : “Pernah baca
Al-Qur’an kan? Di kitab suci kalau gak salah ada ditulis kita cuma bisa
ikhtiar, kalau kesembuhan ya serahkan aja pada yang maha kuasa.”
Gubrakkkk!!!!!!
Dua kali kenak tampar cyiin dalam beberapa jam saja. Malu guek.. (tepok jidad)
Intinya diluar keyakinan akan
takdir Allah, penyebab lupus Fenty salah satunya bisa karena depresi berlebihan
dan tekanan mental.
Patuh pada aturan dokter Gyno, mulai menjalani seluruh rangkaian
pengobatan.
Setelah bertemu dokter Gyno,
bertanya, mendapat jawaban, menerima briefing
singkat soal Lupus dan tetek
bengeknya, mencari informasi soal biaya yang diperlukan, akhirnya kami
berdua sepakat Fenty akan menjalani pengobatan Lupus dalam pengawasan Dr. Gyno
Tan secara penuh. Di Awal, untuk mendukung proses lanjutan, kami melakukan
serangkaian tes yang dibutuhkan dokter di Laboratoriumnya sendiri. Biaya
pemeriksaan darah di awal dulu sekitar 2,8 juta rupiah.
Selain Fenty harus
mengkonsumsi obat obatan Lupus, akhirnya
dokter harus mengambil tindakan imunoterapi,
sebuah metode pengobatan yang bekerja dengan melatih sistem imun untuk berhenti
bereaksi secara berlebihan agar tidak berdampak secara meluas terhadap organ
tubuh yang lain. Tindakan ini, dengan cara menyuntikkan cairan kedalam tubuh pasien
dan dilakukan dalam pengawasan dokter. Cairan ini sendiri bermacam macam
tipenya juga harganya. Saat itu, Fenty harus disuntikkan cairan bernama mabtera
yang harganya sekitar 18 juta rupiah per ampul. Sesuai arahan dokter,
Fenty harus melakukan mabtera sebanyak dua kali. Maka, diluar biaya ruang
rawat, dokter dan lain lain, kami harus menyediakan biaya 36 juta rupiah saat
itu juga. Semua rangkaian proses ini tidak di cover BPJS sodara sodara hahaha…
Jadilah aku memutar otak bikin list barang apa di rumah yang bisa dijual cepat.
Dokter Gyno pernah bilang : “kalau
sakit ini terjadi pada anak anak usia maksimal 11 tahun, kemungkinan sembuhnya
besar. Tapi kalau terjadi pada orang dewasa, ya susah sembuh, secara pasien
harus nyari biaya sendiri…” hiks..
dibawa gelik* aja udah hahaha memang
bener soalnya.
Total biaya yang kami butuhkan
sampai keluar dari Rumah Sakit waktu itu sekitar 60 juta rupiah. Suamiku,
kupaksa pulang ke Medan. Satu satunya benda yang gampang dijual saat itu mobil
peninggalan papa. Gutbai lah si ehem
itu.
“Kak, maaf ya gegara aku
peninggalan papa dijual…” gitu pulak lah katanya saat itu.
Aku malas cakap banyak banyak, cuma
aku bilang : “ Gosah* ko pikirkan soal itu, kita tinggal berdua dek, hidup mati
kau tanggung jawab aku. Nantik, kalau ko punya lakik*, baru pindah tanggung
jawabnya. Ko fokus aja sama kesehatan kau, jadikan si lupus ini sahabat,
jangan dilawan, apa maunya kasi, apa gak suka dia jangan kasi, jadi gak
diserangnya kau. Soal biaya, semua pun dijual gak papa, tinggal berdua kita,
apa yang dicari ya buat dihabiskan la kalo disimpan nanti belalat*.” Aku
berusaha bercanda sambil menguatkan, tapi dia malah menangis… itu aja kerjanya sering nangis.
Selesai sudah soal jual menjual,
selesai pula urusan mabtera, kisaran beberapa minggu Fenty mulai kembali cerah, sehat,
bekerja seperti biasa, kehidupan kami normal tapi tetap setiap bulan melakukan
pemeriksaan darah rutin di dokter, menjaga pantangan makan, menghindari
matahari, menghindari kelelahan, dan tetap mengkonsumsi obat rutin hingga dia
punya keranjang obat sendiri berwarna pink di atas meja riasnya.
Bergabung dengan komunitas cinta kupu
Fenty mulai berdamai dan menerima
lupus. Langkah terasa lebih ringan. Awalnya aku tidak boleh menceritakan
penyakit ini kepada siapapun. Dia malu. Katanya nanti orang orang pikir aku
pesakitan yang tinggal nunggu ajal. Capedeeee
gak siap siap hidup ini kalau
mikirkan kata orang. Aku memang lebih sulit melakukan penataan mindset dan
memberikan motivasi untuk bangkit dan tak usah memperdulikan orang lain dari
pada nyuruh minum obat sekeranjang sama si Fenty ini.
Suatu kali, pernah kami eceknya bersilaturahim ke rumah salah
seorang saudara jauh kami, disana, ibu itu bilang gini : “ Eh, klen hati hati
sama si anu itu (menyebutkan sodara kami yang lain) udah diceritainnya klen
kemana mana dibilangnya si Fenty kena penyakit kutukan, karena sejak ditinggal
emak ayah klen, klen jadi anak tak beradab. Katanya klen kenak karma..”
Mendengar ini Fenty menangis dua
hari sambil nanya nanya : “apalah salah kita ya kak… kok gitu kali orang tu
bikinkan kita.. “ Waktu itu kubilang sama dia : “ Ko jangan bodoh, ngapain
menyiksa diri gegara orang kayak gitu aja. Nanti kita tengok aja matinya
cemana. Udahlah.. ladang pahala sama kau itu..”
Aku sok menasehati aja. Padahal
sampai detik ini, kalau melihat muka orangnya aku sendiri nyumpah nyumpah dalam
hati. Hahahah…. Jadi pengen datang kalo dia meninggal, penasaran macam mana cara dia meninggal dibuat Allah, mana tau dia meninggal
lebih dulu, tapi kalau aku duluan, berarti gak rezeki.. hahahah…. Astaghfirullah…..
Kami tetap mencari dan belajar
soal Lupus. Dokter mengenalkan dengan kakak kakak cantik mantan odapus yang survive hingga kini. Beliau founder komunitas lupus di Medan.
Akhirnya Fenty menjadi member komunitas
cinta kupu. Ssstt… bocorannya, kalau punya kartu member cinta kupu, odapus
bisa dapet diskon berobat lo.. Lumayan la..Masuk komunitas ini jadi banyak
belajar, bisa dapat referensi tempat beli obat Lupus murah dimana. Salah
satunya kenalan dengan Apotek Bandung di
jalan KH. Zainul Arifin Medan. Kebanyakan obat Lupus sulit ditemukan di apotek lain, tapi biasanya di Bandung ada. Trus, kalau ada temen sesama odapus sudah
remisi obat (stop konsumsi obat akibat Lupus sudah stabil sesuai pemeriksaan
dokter) rasanya Fenty termotivasi buat lebih tegar. Memang bergabung di
komunitas itu kalau kita mengambil hal positif, ya banyak positifnya. Walaupun
akibat kesibukan bekerja Fenty tak bisa terlalu aktif di komunitas, namun
mereka tetap bersilaturahim. Aku yang bukan odapus aja, selalu pergi menemani
Fenty kemanapun ada aktifitas komunitas saat dia berkesempatan hadir. Nambahin
ilmu, Alhamdulillah.
Sepanjang 10 tahun dengan Lupus, 6 kali kolaps dan kembali stabil.
Terhitung setidaknya Fenty
mengalami kolaps sebanyak 6 kali selama ini. Penyebabnya bermacam macam, pernah
termakan makanan yang mengandung tepung terigu, pernah kepanasan, pernah juga stress akibat tekanan
emosional dari salah seorang oknum yang gak perlu dibeberkan namanya karena gak
penting kali. Hahaha…
Sudah mahfum bahwa menjadi
odapus, tidak hanya harus siap secara mental dan spiritual, tapi juga duit harus
tebal. Hahaha.. Alhamdulillah, ada saja dikasi Allah jalan untuk meringankan
beban. Kolaps kedua, kami menjual satu persatu perhiasan peninggalan almarhumah
mama hingga habis tak bersisa. Hingga pernah pada suatu titik, suamiku pernah
menjual mobilnya karena kami kekurangan dana tagihan Rumah Sakit sebesar sekian puluh juta cuma
menjalani daycare imunoterapi dexa
selama dua hari satu malam di sebuah rumah sakit ternama. Pernah juga kami ikut
melego sepeda motor suamiku pada
kolaps berikutnya. Hahahha. Tapi Allah maha baik. Kami dikelilingi orang orang
yang helpful dan sayang walau terlihat kaku.
Pernah ya, pada kolaps ke tiga
kalau aku tak salah ingat, Fenty udah merasa kalau ada yang gak beres pada
tubuhnya. Sebelum kenapa napa, kami memutuskan langsung menghubungi dokter dan
segera ke rumah sakit untuk imunoterapi. Tindakan perawatan dilakukan, seperti
biasa, untuk menghemat, kami hanya menginap satu malam untuk menerima suntikan
saja, paginya aku bergegas ke kasir untuk ngecek
tagihan. Uang kami hanya 12 juta saja di tabungan. Sampai di kasir, aku
menerima invoive sebesar 22 juta
rupiah. Gemetar mamak saat itu juga. Agak hoyong karena udah gak ide nyari uang
10 juta dalam hitungan jam macam mana. Biasanya, ada aja dikirim Allah customer
melakukan pemesanan kue dalam jumlah besar atau job apaa gitu. Tapi kutunggu hingga
jam 10.00 pagi orderan gak kunjung masuk. Pasien baru harus segera masuk ke
kamar yang ditempati Fenty. Kami mlipir ke ruangan lain yang bukan kamar rawat di rumah
sakit itu menunggu keajaiban.
Karena urusan sudah selesai diproses. Tinggal pembayaran.
Aku pamit sama Fenty mau sholat Dhuha. “Bentar ya dek. Aku mau sholat. Kita pulang
setelah aku siap sholat ya….” Dia ngangguk lemas. Dia gak tau uang kami kurang
10 juta. Hahaha..
Aku gengsilah.. Gak mungkin la preman jalan jemadi nangis
kebingungan kurang uang di hadapan pasien. Padahal sepanjang jalan awak pening
mikirkannya.
Selesai sholat, aku pergi ke lobby rumah sakit. Lemas, selonjoran,
habis kamus. Tiba tiba, seorang Bapak, yang kami kenal dengan baik, bukan
keluarga, tak ada hubungan darah, datang dengan tujuan menjenguk Fenty. Bawa amplop
tebal katanya itu titipan istrinya, yang baru dapat rezeki dalam jumlah besar,
berniat menyerahkan 2.5 % hasil penjualan dalam bisnisnya itu ke Fenty. Ya allah… ya
allah… aku speechless tapi berusaha tidak menunjukkan kehebohan. Aku
cuma bilang “Alhamdulillah pak, terima kasih banyak perhatiannya, salam buat
ibu ya Pak…”
Amplop belum dibuka, sepulang
bapak itu, aku langsung menuju kasir, mau melunasi tagihan. Saat kubuka,
masyaallah, uangnya berjumlah 15 juta. Jika digabungkan dengan uang yang ada di tabunganku, jumlahnya lebih dari tagihan yang tertera. Setelah
melakukan pelunasan, aku langsung menemui Fenty, sambil bilang : “Eh, bapak anu
datang, ko dapat hadiah uang tunai dari istrinya, ini sisanya 5 juta pegang aja. Tadi uang kita kurang
10 juta padahal.. Alhamdulillah ya dek…” aku berupaya tetap bercanda.. tapi
akhirnya pertahanannya jebol juga.. Di lantai 7 rumah sakit itu, kami udah
macam bintang filem India yang tangis tangisan gak berguna…halah…
Tapi Allah sungguh Maha Kuasa dan Maha Pemurah.
Dalam QS. Ali Imran ayat 27 tertulis :
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan engkau keluarkan yang mati dari hidup. Dan engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).
To be continued Part 4…..
Keputusan menikah, dan kolaps
terparah.
Gak bosen aku ngingetin buat saudara saudara yang lagi
sakit, terutama keluarga yang merawat :
- Mengertilah bahwa orang yang sakit itu, sudah berjuang keras menghandle sakit dan perasaanya, kalau bisa, janganlah penonton memperburuk kondisi dengan menyampaikan hal hal yang bisa mengganggu fikirannya. Kalau kita gak bisa mengurangi sakitnya minimal jangan memperparah. Karena ketika membahagiakan orang lain, Allah akan membuat bahagia hidup kita, ketika kita mempermudah orang lain, Allah akan jauhkan kita dari kesulitan.
- Tawakkal, jangan takut miskin. Uang yang dihabiskan dalam keadaan ikhlas untuk kepentingan yang baik, insyaallah akan diganti Allah dengan rezeki yang lebih baik, bisa berbentuk uang, bisa juga berbentuk rezeki lain misalnya hidayah, jalan hijrah, atau kebaikan-kebaikan lain yang bermanfaat gak didunia ini saja mungkin.
- Berkomunitaslah, agar tahu bahwa kita gak sendiri, mungkin orang lain punya penderitaan melebihi kita tapi kita pula yang lebih rajin mengeluh, malu dong sama kucing ..meoooow…. Hahahha
- Fikiran dan tenaga jangan terlalu diforsir, menurunkan standart kepedulian terhadap hal hal gak terlalu penting mungkin baik juga untuk dilatih. Prioritaskan diri sendiri dulu.
*Daftar Istilah
1. Stel gilak : Bahasa Medan yang berarti masa bodoh terhadap sesuatu hal.
2. Pening : pusing.
3. Nengok : melihat.
4. Odapus : Orang DengAn luPUS (sebutan bagi penderita Lupus).
5. HB : Haemoglobine (sel sel darah merah).
6. Bengak : bodoh.
7. Gelik : lucu.
8. Gosah : tidak perlu.
9. Lakik : suami.
10. Belalat : dikerubungi lalat, mengisyaratkan tidak terpakai dan akhirnya menjadi mubazir.
12 komentar
Ya Allah.. Sabar ya kak. Semoga Fenty cepat sembuh. Yakin aja kak. Semangat buat Fenty.
BalasHapusTulisannya buat aku nangis. Buat aku terbawa ke dalam tulisan. Sekali lagi, semoga Allah angkat penyakit Fenty. Aamiin
makasi doanya bro alfi.. terima kasih sudah berbagi ilmu dan mensupport sehingga blog ini aktif kembali... barakallah yaaa
HapusInsyaallah buk len... makasi sudah komen yaaa
BalasHapusKakak baru sempat baca ka...masya Allah...di bag ini nggk sanggup kk ka...cuma bisa menumpah saja airbmada sama doa...semoga ika sama fenty kuatvterus
BalasHapusBaru tau kalau lupus itu ada pengaruhnya sama Depresi berlebihan. Wah, sebagai kakak salut sama pengorbanan mbak, tetap kuat ya mbak Fenty dan mbak Siska. Kompak selalu :)
BalasHapusSpeechless lagi-lagi kak
BalasHapusSaluuuut
Awak baca tulisan ni, sebentar ketawak, sebentar nangis...
BalasHapusLakik awak dah liatin awak aja dari tadi
masyaAllah tabarkallah....ah gk tau mau ngomentarinya gmn. nice share. selain tau ceritanya, awak yang baca bisa belajar juga.
BalasHapusayo.. lanjutin kk. awak dah selesai sampe part 4 minggu lalu
BalasHapusAgak nyesek tiap bacanya... tapi nunggu lanjutannya
BalasHapusSemangat kak. Semua pasti ada jalannya dan akan dipermudah. Semoga cepat sembuh untuk Fenty ya. Salam dari Gacil 😍😍
BalasHapusya allah.. aq jg pernah mengalami kondisi gitu kak..ada aja dikirim.org ngasi bantuan .. nangis kita ya kan.. semoga kehidupan kakak dan kak fenti bahagia sampai akhir hayat. aq jg gk kebayang klo gk ada ortu tu hanya sodara kandung kita yg kita jaga ya kan..
BalasHapus