Membekali Kemandirian Finansial Anak Sejak Dini
Desember 08, 2018Begitu banyak hal yang perlu dipersiapkan seorang ibu buat anaknya. Diberi fitrah sebagai madrasatul ula bukanlah tanggung jawab main main. Bagi saya terutama, yang memiliki anak laki laki, tentu saja saya harus concern membekali berbagai pengetahuan buat anak saya tak hanya pengetahuan umum seputar adab dan akhlak tapi juga persoalan finansial. Kenapa? Sebab kelak mereka akan menjadi imam bagi keluarganya, sehingga mereka harus menjadi manusia mandiri dan paham bersikap agar bisa mengurus rumah tangganya dengan baik sebagaimana diaturkan oleh Allah SWT.
Banyak perkara persiapan ini yang harus dicicil pelan pelan., terutama di masa proses pendidikan akil baligh ini. Salah satu yang menurut saya sangat penting adalah pengasuhan keuangan.
Sejak kemarin, saya melihat info tentang event pengasuhan keuangan ini seliweran di beberapa WA grup dan media sosial. Namun, entah
mengapa, ada saja hal yang menggagalkan saya mendaftarkan diri menjadi
pesertanya. Qadarullah, sahabat blogger
saya mba nufazee, memberikan kabar baik, saya berkesempatan menulis soal
kegiatan penuh ilmu ini di blog saya bersama salah seorang sahabat di komunitas
Emak Blogger Kak Nining Pujianti. Artinya, saya bisa ikut acara ini secara hrates… hahahaa… Alhamdulillah…
rezeki yatim piatu yang berusaha
jadi soleha.. halah!
Pagi pagi
yang seru (Baca : rempong)
Sesuai jadwal, acara ini seharusnya dimulai pagi
hari pukul 09.00 wib. Maka dari itu,
jadilah saya berupaya tepat waktu dan menyelesaikan seluruh tugas dan tanggung
jawab saya sesegera mungkin di rumah.
Sesampainya di LG Hotel pagi itu, saya langsung
naik ke lantai 4 (empat). Ternyata sudah
ramai dengan pemilik stand bazaar. Ada kueh mueh, ada bebajuan, ada buku buku
bergizi hingga stand craft.
Acara belum dimulai, Saya memutuskan untuk windows shopping sambil menunggu Kak Nining yang udah
janjian sebelumnya. Peserta belum terlalu banyak. Akhirnya saya memutuskan ncop bangku, alias milih tempat duduk yang menurut saya strategis.
Karena belum ramai, jadinya leluasa.
Akhirnya
acara dimulai.. eng ing eng..
Tepat pukul 09.50 wib, acara dimulai, agak molor,
tapi biasa terjadi di dunia persilatan. Gak ngaruh juga bagi saya. Malah asyik
punya kesempatan beli jajan. Hahaha…Duo MC Bang Hafiz dan temannya yang saya
lupa namanya kakak siapa, membuka acara dengn ice breaking menghitung angka sambil bergerak. Lumayan memanaskan
laa.. yang menambah semangat menyimak
lagi, sebelum acara dimulai, sudah dibagi beberapa doorprize dari Tiga Bakery untuk
3 (tiga) orang pendatang tercepat hari itu. Sudah pasti, saya gak termasuk
diantaranya hahaha..
Saya mulai mempersiapkan diri untuk menerima materi
sepanjang hari itu hingga sore pukul 15.30 wib sesuai jadwal.
Bunda Indah Hendrasari, Sang ratu hari ini, adalah
ibu 4 (empat) anak, merupakan penggagas sekolah
bukan laundry, penggagas mandiri
finansial, pengasuhan keuangan,
konseptor Islamic leadership school,
founder FESTRO (Forum Emak Strong)
telah berkecimpung di dunia pendidikan selama 14 (empat belas ) tahun. Namun 2
(dua ) tahun belakangan ini serius di bidang pengasuhan keuangan. Perempuan
mungil berkacamata ini mulai naik ke panggung memperkenalkan diri, dan
rangkaian materi pun meluncur lincir dengan cepat dari beliau.
Betapa seringnya orang di zaman ini mengatakan
ingin “mandiri secara finansial”, sesungguhnya apa maksudnya itu? Apakah jika
sudah mandiri secara finansial lantas tak ada hal yang perlu dikhawatirkan
lagi?
Di awal paparannya, Bunda Indah memaparkan beberapa
fakta seputar keuangan yang saat ini sering kita temui, diantaranya adalah :
- 1. Banyaknya pasangan yang mengalami kesulitan keuangan setelah pernikahan.
- 2. Meningkatnya angka pengangguran.
- 3. Terlibat investasi bodong.
- 4. Terlilit hutang.
- 5. Terjerumus aksi gadai menggadai yang tak kunjung selesai.
Dan mungkin banyak lagi yang lain. Sesuai data yang
didapat dari OJK, bahwa hanya 29,7 % masyarakat Indonesia yang paham soal
keuangan. Saat ini, Indonesia merupakan urutan ketiga terbawah Negara yang
tidak update literasi keuangan.
Selama ini, kecakapan keuangan tidak pernah dianggap life skill . Boleh jadi ini dianggap pengetahuan milik orang
dewasa. Padahal ketika hal ini baru dipelajari ketika sudah tua, maka akan
bingung penerapannya. Kecakapan keuangan ini tidak selalu berhubungan dengan
tingkat pendidikan. Yang secara akademik baik, belum tentu cakap soal keuangan.
Paradigma
tentang keuangan
Sebelum tahun 1971, prinsip keuangan pada masa itu
“menabung pangkal kaya”. Keuangan hanya seputar pengeluaran, pemasukan dan
menabung. Karena pada saat itu tidak ada nilai mata uang dan tidak ada inflasi.
Robert T. Kyosakih pernah mengatakan bahwa penabung adalah pecundang, dan cara
aman untuk bangkrut adalah menabung. WOWWWW
segitunya?
Namun sejak ada mata uang, setelah tahun 1971,
mulai ada inflasi, mulai banyak produk keuangan di tahun 1980-an, diantaranya :
- 1. Asuransi
- 2. Deposito
- 3. Kredit
- 4. Investasi
- 5. Reksadana, dll
Bagaimana seseorang menyikapi soal uang dan
keuangannya sangat bergantung pada budaya yang membentuknya. Dengan value seperti apa dia dibesarkan. Di
luar negeri, tahun 1990-an mulai menyebar perilaku hedonis. Indonesia sendiri mulai terkontaminasi perkara hedonism di tahun 2000an. Orang orang
hanya ingin hidup berdasarkan kesenangan saja dalam segala hal. Sampai muncul
beberapa model di dunia pendidikan salah satunya konsep “learning is fun” namun yang
dikembangkan hanya kesenangannya saja. Justru mengurangi bobot belajar yang
sebenarnya.
Bagaimana
menjalankan pengasuhan keuangan
1. Perkenalkan
anak dengan uang
Perlukah
anak diperkenalkan tentang uang sejak dini? Tentu saja perlu. Agar tidak salah
memperlakukan uang ketika sudah dewasa kelak. Anak perlu diperkenalkan soal
uang mulai usia 1 (satu) tahun. Ah masak?
Bagaimana cara mensosialisasikannya pada anak usia balita?. Cukup diajarkan
konsep senyum adalah ibadah. Jika kita senyum pada orang lain, maka hal yang
kita terima adalah hal baik pula. Ini adalah konsep investasi paling sederhana.
Cara
lain memperkenalkan uang pada anak, dengan menyampaikan paradigma tentang uang
pada anak sebagai berikut :
- Uang tidak pernah hilang, sifat uang selalu ada
- Uang itu jinak jinak merpati, jika dikejar ia akan lari.
- Uang hanya numpang lewat, jangan piker uang kekal selamanya.
- Uang itu, tidak setia, karena dia akan datang dan pergi begitu saja.
- Tidak ada titik aman soal uang.
- Uang suka berputar, maka lakukan lah hal yang produktif.
Ada
beberapa tahapan
memperkenalkan tentang uang pada anak
:
Tahap 1-7 tahun
pertama
- Uang dipergunakan untuk membeli sesuatu bukan untuk dimakan.
- Untuk mendapatkan uang harus bekerja dengan bersungguh – sungguh.
- Baik buruknya uang, tergantung pada orang yang memakainya dan bagaimana mempergunakannya (mulai 3 tahun)
- Perlu akhlak yang baik dalam menyikapi uang.
- Uang bisa membuat orang berselisih, bisa juga membuat orang bahagia.
- Uang ada batasnya. Maka ajarkan pada anak alokasi uang buat apa saja, dan pahamkan uang bukan melulu untuk membeli mainan.
- Anak harus diajarkan menunggu (delay gratification). Tidak semua hal yang diminta oleh anak dapat serta merta dipenuhi saat itu juga.
- Ajarkan soal konsep keinginan dan kebutuhan.
- Perlu mulai diajarkan perencanaan keuangan mulai usia 3 tahun. Mengajarkannya dengan bermain mini market, proses jualan dan hal hal senada.
Tahap 7 tahun kedua
1.
Pahamkan bahwa uang itu terbatas
2. Perlu membuat pilihan (skala prioritas) mulai
belajar membuat list belanja. Hal ini
termasuk bagaimana anak menentukan siapa yang menjadi temannya.
3. Belajar membandingkan. Anak mulai diperkenalkan
dengan supermarket dan pasar untuk mencari perbandingan harga.
4.
Investasi terbaik adalah perbuatan baik.
5. Ajarkan tentang etos kerja yang baik, caranya
bisa dengan memperkenalkan tahapan pekerjaan rumah tangga, pembagian tugas dan lain lain.
6. Pahamkan bahwa proses itu penting. Anak bisa
diajarkan untuk magang professional diusia 12 tahun. Hal ini untuk mengedukasi
soal bisnis.
7.
Hidup harus seimbang
8. Anak harus diajarkan menabung untuk membeli
kebutuhannya, tidak semua harus dipenuhi orang tua. Ini mengajarkan nilai nilai
tanggung jawab pada diri anak.
9. Biasakan membayar sesuatu dengan uang cash yang
tersedia. Jangan tunjukkan pada anak kemudahan dengan penggunaan ATM, kartu
kredit dsb.
10.
Hidup hari ini akan menjadi masa lalu. Maka
untuk bisa mandiri di usia 15 tahun saat akil balighnya, anak sudah diajarkan
membuat proposal biaya menikah saat di usia 13 tahun.
Tahap 7 Tahun ketiga
- Mengenalkan produk keuangan.
- Mengenal pajak, membayar pajak dan lain lain.
- Hidup dengan biaya sendiri sejak 15 tahun
- Merencanakan keuangan jangka panjang, misalnya mau melanjutkan sekolah kemana, manajemen karir yang diinginkan seperti apa, kapan harus memiliki rumah, dll.
- Ajarkan seni budgeting
- Membangun mental orang kaya agar termotivasi
- Hidup mandiri
- Membeli rumah
- Membeli kendaraan
- Consumer awareness
- Terlibat dalam proses budgeting keuangan keluarga.
- Menabung dan investasi.
2Buat
program finansial keluarga
- 1. Membuat bank keluarga (sistemnya benar benar seperti di bank)
- 2. Infaq
- 3. Saving
- 4. Investasi
Bisa
dengan membuat manajemen uang saku dengan melakukan check up finansial keluarga kemampuannya sebesar apa.
Dalam
manajemen uang saku ini ada dua hal yang dikenal yaitu :
-
Spending decision
- Spending konsumtif (antar anak sekolah dll)
- Spending produktif (pendidikan, saving, infaq)
- Aktif Spending (pengeluaran rutin
- Pasif Spending (langganan tv berbayar, iuran keanggotaan komunitas)
- Income
- Aktif Income (gaji)
- Pasif Income (uang mengalir walau tidak melakukan apa apa misal rumah sewa, penulis)
- Portfolio Income (reksadana, saham, aset )
Pada tahap
ini, anak perlu diajarkan konsep uang pemberian dan uang pinjaman. Harus
diajarkan juga mengenai dana cadangan untuk senang senang dan kegiatan
konsumtif agar anak mulai membiasakan diri menetapkan skala prioritas.
3.
Libatkan
Anak menstabilkan keuangan keluarga
|
4.
Petakan
Potensi Anak
Tujuannya
agar memahami langkah demi langkah membuat manajemen karir
5.
Merencanakan
Pernikahan Anak
Pada
tahap ini anak diajarkan bagaimana mendesign
happy marriage
6.
Menciptakan
Pasif Income
Untuk menentukan gaya hidup
7. No
Income No Boros
Fiuhhh… borak
mak… kalau memang tak hendak
melakukan evaluasi, maunya hidup mengalir bagai air, tanpa ilmu relative sulit
mau action. Tapi Allah SWT sudah menganjurkan, tuntutlah
ilmu hingga ke liang lahat. Dan sebaik baik nya ilmu adalah ilmu yang
bermanfaat.
Semoga anak anak kita tumbuh menjadi anak yang
bijak menghadapi uang, melek manajemen dan akhirnya menjadi kaya… Insyaallah.
0 komentar