Yuk Nulis, Biar Bisa Jadi Duit... Hahaha
Desember 02, 2018Miskin Ide
Sampai kemarin saya tak tau materi tulisan apa yang mau dituangkan dalam buku penuh komitmen ini. Mood yang tak kunjung datang, ide yang tak menghampiri, membuat tangan tak tergerak ingin menari di atas keyboard. Hingga hari Sabtu, hari ke enam bulan Oktober ini datang telepon dari seorang ibu yang aku kenal sejak lama. Durasi pertemuan yang tak sering membuat aku sebenarnya kaget akan telepon beliau.“Ka, bisa bikin kue rasidah buat besok sore jam 5 gak?” Tanya beliau gujug gujug. Rupanya beliau juga sedang dikejar jawaban dari pemberi tugas negara ini. “Rasidah ya bu? Hmmmmm…” (aku mendadak galau, karena di saat yang bersamaan aku dan tim usahaku juga sedang berjuang mempersiapkan pameran di perhelatan akbar MTQ Nasional di salah satu stadion besar di Medan).
“Bisa aja ya. Please..Ini buat disuguhkan ke Bapak Presiden loh. Ibu pernah baca di salah satu tulisan ika di media sosial bahwa ika bisa bikin kue rasidah.”
Ups… betapa hebatnya sebuah tulisan, saya bisa jadi pembuat kue rasidah buat Presiden dari tulisan ..
Tentang
Kue Rasidah yang akhirnya viral di kalangan terbatas
Kue Rasidah merupakan Kue khas Etnis Melayu.
Puak Melayu di Sumatera Utara pada acara Nasi Hadap Hadapan di majelis
perkawinan, akan menghidangkan berpuluh juadah; salah satunya adalah Kue
Rasidah. Kue ini juga dibawa saat acara Mebat bagi perkahwinan kaum bangsawan.
(TM. Muhar Omtatok- puakmelayu.blogspot.com)
Konon dahulu, kue ini dihidangkan di istana Melayu sebagai simbol khusus, yang dipercayai membawa makna berpandai-pandai dalam hidup, memohon petunjuk, menangkal hasad dengki, dan dilambangkan sebagai adat resam dan Islam yang berpadu dalam etnis Melayu tiada boleh terpisah.
Kue Rasidah ini kadang disebut juga Hasidah, Lasidah, dan Asidah, yang dikenal pada masyarakat Melayu Sumatera Timur, Riau, Kepulauan Riau, Borneo Barat, atau agaknya yang lain. Provinsi Aceh mengenal kue ini, di wilayah etnis Melayu yang seresam Sumatera Timur, yaitu wilayah Perlak dan Tamiang. Namun kue ini bukan untuk santapan harian. Hanya dibuat untuk acara acara adat penting mengingat maknanya.
Di kota Medan dan sekitarnya, tidak ada orang
Melayu yang tidak mengenal kue yang bertabur bawang goreng ini. Bahkan ini juga
dikenal dan disukai etnis lain. Termasuk saya, walau bukan berasal dari etnis
Melayu, namun hamper setiap minggu saya berkesempatan menyediakan kue ini untuk
keperluan acara adat Melayu nasi hadap hadapan. Tak banyak lagi orang pandai
dan sabar membuat kue ini.
Dipercaya membuat kue ini untuk Mr. Presiden,
bagi seorang tukang kue rumahan seperti saya adalah kesempatan langka dan
membanggakan. Hebatnya, saya dapat hadiah ini dari Allah melalui tulisan saya
di media sosial entah kapan tahun yang saya bahkan hampir lupa.
Cerita
lain dibalik tulisan
Kue
rasidah dan mister Presiden cerita teranyar yang saya alami efek dari tulisan
sederhana yang saya diposting di media sosial. Banyak pengalaman batin lain
yang saya dapatkan saat tulisan saya dibaca teman teman saya.
Suatu
kali ada sahabat soleha saya yang mengaku terinspirasi untuk mencoba berdamai dengan mertuanya
ketika membaca tulisan alay saya
tentang bagaimana hubungan mertua dan menantu selayaknya seperti apa, base on pengalaman pribadi saya
memperlakukan mertua saya, juga kedekatan kami bagai ibu dan anak begitu juga
dengan iparku yang lain.
Kali
lain, ada teman yang mengaku sedang berupaya memperbaiki caranya berhijab
ketika saya menuliskan pandangan saya soal prinsip menutup aurat yang
disyariatkan dalam Kitab.
Tak
hanya teman, beberapa customer usaha
saya juga beberapa kali menyampaikan bahwa semangat mereka membersamai buah
hati, mencoba menyediakan sajian makanan bervariasi setiap hari di rumah
meningkat ketika membaca tulisan tulisan saya tentang bekal sekolah dan cerita
menu harian yang saya sajikan di rumah.
Bahkan,
hari ini saya dipercaya menjadi pengajar tetap di salah satu lembaga vokasi ternama di negeri ini, awalnya
juga inspirasi dari salah seorang kepala program pendidikannya yang sering
secara tak sengaja membaca tulisan di media sosial saya terkait usaha yang saya
rintis.
Saya
dapati informasi ini dari pengakuan tulus para pembaca. Ternyata, ketika kita
berupaya melakukan hal positif untuk diri sendiri, yang kemudian disampaikan
dalam bentuk tulisan, dibaca oleh orang lain dan kemudian diadopsi sehingga
melahirkan dampak yang positif yang mengandung perbaikan, disitu saya merasa
bahwa menulis bukanlah hal sederhana sebagaimana yang selama ini saya fikirkan.
Tulisan
saya kadang hanya pandangan pandangan sederhana, pendapat pendapat yang mungkin
bagi sebahagian orang tidak penting, tapi nyatanya bagi sebahagian orang bisa
menjadi manfaat, ada momentum yang menggugah, ada inspirasi yang memotivasi
tidak hanya bagi pembaca, tapi juga saya secara pribadi dan perkembangan usaha
saya pada umumnya.
Pada
akhirnya, saya berharap, tulisan tulisan saya tak hanya sekedar numpang lewat
di media sosial tanpa makna. Saya merasa penting mewariskan sesuatu yang dapat
dijadikan pembelajaran oleh anak cucu saya kelak, dalam sebuah buku, yang
isinya adalah tulisan saya.
So,
jangan gampang sinis, mulailah menulis!
Medan,
8 Oktober 2018
Siska
hasibuan
4 komentar
Jd pinisirin sama kue rasyidah nya kak, hehhe. Barakallah. Sukses selalu
BalasHapusdiorder buuu hihi
HapusGood job...
BalasHapusmamaciy suamiii
BalasHapus